Selasa, 20 Maret 2012

Komunikasi


Komunikasi merupakan faktor yang sangat penting dalam interaksi antar manusia. Mengapa? Karena komunikasi menyebabkan adanya saling pengertian antar orang yang berkomunikasi. Di dalam komunikasi yang mampu menumbuhkan saling pengertian akan menjadikan relasi itu amat produktif dan efektif.
1.     Apakah Komunikasi itu?
Masalah-masalah yang sering timbul di dalam relasi antar manusia sebenarnya berakar pada kesalahmengertian dan adanya miskomunikasi. Suatu kehidupan bersama menjadi sangat efisien karena adanya pengertian dan komunikasi yang efektif diantara para anggotanya. Suatu relasi tidak akan produktif jika tidak ada komunikasi yang efektif.
Pada dasarnya komunikasi adalah suatu proses dua arah yang menghasilkan perolehan informasi dan pengertian. Proses dua arah ini merupakan dasar hakiki dari suatu komunikasi. Komunikasi yang efektif tidak mungkin terjadi tanpa adanya umpan balik. Oleh karena itu , di dalam suatu komunikasi, hal yang sangat penting adalah kemampuan mendengarkan, yaitu mendengarkan dengan penuh simpati.
Komunikasi yang efektif, setidak-tidaknya meliputi tiga hal yaitu:
§  Pengirim pesan atau pembicara,
§  Penerima pesan atau pendengar, dan
§  Pesan yang dimengerti atau diterima dengan tepat. Pesan tidak dapat diterima baik oleh si penerima, berarti belum terjadi adanya komunikasi yang efektif.
Proses komunikasi itu pada dasarnya berlangsung dari si pengirim menyampaikan pesan kepada si pendengar atau penerima dan kemudian si penerima/pendengar menyampaikan umpan baliknya kepada si pengirim pesan.

2.     Mendengarkan?
Mendengarkan adalah kunci penting dalam berkomunikasi. Namun persoalannya kesalahpahaman dalam berkomunikasi, selain terletak pada si pengirim pesan, juga terletak pada bagaimana si penerima mendengarkan sesuatu yang dikomunikasikan. Ternyata tidak gampang untuk mendengarkan, tak semudah mendengar saja secara otomatis.
Mendengarkan dengan penuh simpati, ditandai beberapa hal yaitu:
§  Peka akan perasaan yang menyertai pesan yang disampaikan,
§  Mendengarkan dengan penuh perhatian,
§  Tidak menyela pembicaraan atau memberikan komentar ditengah-tengah ketika orang masih menyampaikan sesuatu,
§  Menaruh perhatian pada “dunia” si pembicara, dan
§  Berprinsip pada saat mendengarkan diri sendiri tidak penting, yang penting saat itu adalah si pembicara.
Seorang pendengar yang baik akan mendengarkan dengan penuh perhatian. Pendengar yang baik akan mendengarkan orang lain dengan penuh hormat dan penghargaan. Ia mampu menangkap apa yang tidak terungkap dalam kata-kata, yang sebenarnya ingin disampaikan oleh si pembicara. Ia juga mampu mengamati dan mencermati bagaimana si pembicara mengungkapkan perasaan yang ditandai dengan berubah-ubahnya nada dan volume suara. Pendengar yang baik adalah pendengar yang aktif dan kreatif.
Tahap-tahap sebagai pendengar yang aktif antara lain sebagai berikut:
§  Mendengarkan saja tanpa memberikan komentar atau menyela pembicaraan,
§  Mencoba untuk memberikan umpan balik secara tepat,
§  Mencoba untuk memperjelas, menghargai dan menghormati, menegaskan, memberikan tambahan informasi, dan
§  Menanyakan rencana langkah berikutnya.


3.     Tiga Prinsip Berkomunikasi secara Efektif
§  Prinsip Tindakan
Prinsip ini terbentuk saat kita berhadapan dengan orang lain. Apa yang kita lihat pada diri orang lain sebenarnya merupakan rangkaian sikap dan tingkah laku. Oleh karena itu, setiap perjumpaan dengan seseorang, kita cenderung menafsirkan sikap dan perilaku orang lain daripada menerima keseluruhan dirinya. Kita hendaknya menyadari bahwa tidak setiap sikap dan perilaku orang lain selalu ada hubungannya dengan diri kita, seringkali malah merupakan pemenuhan kebutuhan orang itu sendiri. Misalnaya saja: ketika salah seorang anggota komunitas membuat sedikit keributan, ia belum tentu sungguh ingin mengganggu saat doa atau makan bersama kita, tetapi karena ingin diperhatikan atau melepaskan stress kecil karena pekerjaannya. Oleh karena itu, untuk dapat berkomunikasi secara efektif, kita hendaknya mampu memahami motivasi di balik sikap dan perilaku yang muncul.
§  Prinsip Inkonsistensi
Pada dasarnya tingkahlaku seseorang dapat digolongkan menjadi tingkahlaku yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima. Suatu sikap atau tingkah laku dapat diterima atau tidak, tergantung sedikitnya dari tiga hal yaitu:
a. Diriku Sendiri: Situasi hati dan diri dapat mempengaruhi apakah suatu sikap dan tingkah laku dapat diterima atau tidak. Sebagai misal, kalau aku berdamai dengan diriku sendiri, aku tidak akan mudah terganggu oleh sikap dan tingkahlaku orang lain, walaupun senegatif apapun. Pada dasarnya oran gyang memiliki kepribadian ayng kuat tidak akan gampang terpengaruh oleh apa yang dilakukan orang lain.
b. Orang Lain: Kepribadian dan situasi hati orang lain menentukan apakah suatu tingkah laku atau sikap dapat diterima atau tidak. Misalnya: aku lebih mudah menerima apa saja yang dilakukan teman yang memang kesehariannya bersikap ramah, tenang dan baik kepada kita. Kepribadian yang mudah diterima dapat membuat orang lain mudah menerima tingkahlaku yang dimiliki. Jika seorang teman sulit kita terima beberapa unsur kepribadiannya, kita juga sulit untuk menerima tingkah laku dan sikapnya.
c. Lingkungan Sekitar: Situasi lingkungan sekitar juga mempengaruhi apakah suatu tingkahlaku atau sikap dapat diterima atau tidak. Misalnya saja, seorang teman sedang belajar bermain orgen atau gitar, dan kita sendiri sedang duduk-duduk santai membaca koran. Walaupun permainnnya tidak enak didengarkan namun karena kita sedang bersantai, kita tidak merasa terganggu. Berbeda halnya kalau teman berlatih orgen atau gitar pada saat kita tidur siang dan sangat lelah. Pastilah perbuatan teman itu sulit untuk dapat kita terima karena mengganggu istirahat kita, yang memang sangat kita butuhkan.
§  Prinsip Pribadi Bermasalah
Ketika kita berhadapan dengan orang lain, kita sebenarnya sedang berhadapan dengan sekumpulan tingkahlaku atau sikap. Sikap dan tingkah laku ini sebenarnya tidak selalu berkaitan dengan diri kita. Banyak sikap dan perilaku yang sebenarnya merupakan usaha pemenuhan kebutuhan dari orangnya sendiri. Tingkahlaku itu dapat diterima atau tidak dapat diterima oleh orang yang menyaksikannya. Maka sebenarnya pada dirinya sendiri setiap tingkahlaku dan sikap dapat menimbulkan masalah. Bagi orang tertentu suatu perbuatan tidak merupakan suatu masalah, tetapi dapat saja menjadi masalah bagi yang lain.
Suatu tingkahlaku atau sikap dapat menjadi masalah bagi kita, ketika kita terpengaruh oleh perilaku tersebut. Misalnya saja, kalau ada anggota komunitas yang berkata kepada sesamanya: “Saya tidak menyukai cara kepemimpinanmu, saya tidak memperoleh kebahagiaan apapun hidup di komunitas ini!” Apakah kita terpengaruh oleh kata-kata ini? Tentu saja terpengaruh atau tidak tergantung dari bagaimana kita menanggapinya. Bagi seorang pemimpin yang tidak memiliki kepercayaan diri yang kuat, hal itu dapat menjadikan suatu masalah. Tetapi bagi pemimpin yang matang dan penuh percaya diri, maka sebenarnya yang memiliki masalah adalah anggota komunitas itu sendiri. Anggota komunitas itulah yang harus berjuang mengatasi masalahnya. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk mampu memilah-milah perilaku dan sikap yang dapat menjadi masalah bagi diri sendiri maupun bagi orang lain.
Paling tidak ada dua syarat mendasar agar kita terampil sebagai seorang komunikator yang efektif, yaitu: keterampilan memberikan bimbingan dan keterampilan menghadapi permasalahan.
Dalam kemampuan memberikan bimbingan, paling tidak ada tiga kemampuan yang dimiliki yaitu kemampuan menghadirkan diri, kemampuan menyimak pembicaraan dan kemampuan mendengarkan secara aktif refleksif. Kemampuan menghadirkan diri adalah kemampuan yang berhubungan dengan ekspresi tubuh untuk menunjukkan perhatian dan besarnya minat kepada orang yang sedang berbicara kepada kita. Kemampuan menghadirkan diri secara tepat akan menimbulkan rasa aman, nyaman, dan damai bagi orang yang sedang berbicara kepada kita. Kemampuan menyimak pembicaraan ini penting karena akan menolong kita untuk menguak dan memahami apa yang dibicarakan orang lain kepada kita. Keterampilan ini juga nampak pada kemampuan kita untuk memberikan motivasi berbicara, melanjutkan pembicaraan dan memperjelas persoalan tanpa pertanyaan-pertanyaan yang memojokkan. Sedangkan kemampuan mendengarkan secara aktif refleksif intinya adalah kemampuan untuk mengungkapkan pernyataan untuk memperoleh inti pesan yang dibicarakan orang lain kepada kita.
Kemampuan yang kedua adalah kemampuan menghadapi permasalahan. Kemampuan memberikan tanggapan terhadap pesan yang ada, sangat penting dalam berkomunikasi. Ada tiga hal penting dalam kemampuan menghadapi permasalahan :
                          i.      Mengatakan kepada oran glain bahwa perbuatannya berakibat sesuatu pada diri kita,
                        ii.      Mengungkapkan perasaan yagn diakibatkan oleh suatu perbuatan atau sikap orang lain, dan
                      iii.      Menyebutkan konsekuensi dari perbuatan atau perkataan orang lain.
 

4.      Beberapa hal penting dalam komunikasi kita
§  Secara umum:
Komunikasi merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan bersama kita. Komunikasi adalah jantung satu organisasi, komunikasi adalah jantung dan penggerak kehidupan bersama. Kita membutuhkan orang-orang yang mampu berkomunikasi secara tepat dan tentu saja juga memiliki keahlian di dalamnya. Dalam kongregasi kita, komunikasi menyangkut banyak hal dan lebih luas daripada sekedar berbicara dan berdiskusi, oleh karena itu perlu dijadikan suatu polese sehingga komunikasi sungguh menjadi jantung dan urat nadi kehidupan kongregasi. Kita perlu membangun suatu sistem komunikasi yang baik sehingga terjadi proses transformasi diri semakin menjadi bruder FIC yang sejati. Dan sebagai suatu organisasi perlu dibangun komunikasi dari akar rumput ke mereka yang memimpin. Oleh karena itu kemampuan mendengarkan dari mereka yang sedang memimpin kepada aspirasi dan kebutuhan akar rumput sangat diperlukan. Namun juga akar rumput sendiri memiliki kesediaan untuk berkomunikasi dengan santun.
§  Komunikasi dan kehidupan bersama:
Dalam pengambilan keputusan-keputusan sehubungan dengan komunikasi maka perlu diperhatikan masalah pembangunan kehidupan berkomunitas, kepemimpinan, kerjasama tim, jaringan kerja serta pembinaan berkelanjutan. Sangat penting dalam kehidupan bersama di komunitas kita meningkatkan kemampuan dan kedalaman komunikasi kita sehingga kita dapat lebih saling mengerti, memahami walaupun memiliki perbedaan-perbedaan. Kita mencoba membawa keterpaduan di tengah perbedaan, membawa kehidupan bersama sebagai saudara. Di dalam komunitas yang sejati kita memerlukan bangunan komunikasi dari hati ke hati, yang dapat diciptakan lewat sharing-sharing, dalam doa-doa bersama dan juga dalam rekreasi-rekreasi yang menyertakan perasaan-perasaan kita.
Kia juga perlu saling mempromosikan komunikasi antar pribadi. Jika komunikasi antar pribadi baik, maka komunitas juga akan terbangun jaringan komunikasi pribadui yang baik, dan dengan demikian akan menghasilkan persaudaraan yang mengahasilkan buah melimpah, seperti kehidupan yang nyaman dan membahagiakan, hasil karya kerasulan menanjak, dan membahagiakan banyak pihak.
Kita bagaimanapun juga masih harus berjuang untuk menumbuhkan komunikasi kita terlebih komunikasi yagn mengekpresikan perhatian penuh persaudaraan kita, berbagi rasa mengenai tanggungjawab dan perjuangan kita, serta memberikan motivasi dan dukungan pada sesama bruder dalam menjalani hidup panggilan dan karyanya.
§  Komunikasi dan Kepemimpinan:
Kepemimpinan sekarang ini mestinya dihayati tidak sebagai suatu kewenangan semata yang penuh dengan ancaman dan komando, tetapi diwarnai oleh kelancaran komunikasi dan kemampuan untuk mendengarkan semua pihak. Oleh karena itu seseorang yang diserahi menjadi pemimpin membutuhkan keterampilan untuk menjadi pendengar yang baik, mendengarkan secara kreatif tidak hanya apa yang didengar lewat telinga, tetapi lewat hati, lewat usaha klarifikasi demi penyembuhan dan pemerdekaan bagi yang terluka dan bermasalah. Pemimpin tidak hanya mengedepankan tugas strukturalnya tetapi juga pandai berdialog dengan anggota sehingga dapat menyerap apa yang sebenarnya menjadi kebutuhan anggota.
Dalam hal manajemen struktural, hendaknya lebih diusahakan adanya komunikasi dan arus informasi yang cukup lengkap dan tepat antar lembaga atau tingkat kepemimpinan. Sebab kalau tidak akan menimbulkan friksi dan mis komunikasi dan akhirnya menghambat proses hidup dan karya serta akhirnya tumbuh kecurigaan atau “perang” kewenangan dengan aji mumpung.

Selain itu dalam proses komunikasi ada dua macam gangguan, yaitu : gangguan eksternal dan gangguan internal. Gangguan eksternal adalah berbagai gangguan yang berasal dari luar komunikator dan komunikan.  Gangguan ini dapat berupa suara gaduh, suhu udara yang panas, ada hal lain yang lebih menarik perhatian audiens, bau yang tidak sedap, udara yang terlalu dingin dan lain-lain.  Gangguan dari luar biasanya tidak banyak mengganggu media atau saluran komunikasi, sepanjang tingkat gangguan itu masih bisa ditoleransi. Akan tetapi gangguan yang lebih sulit untuk dikendalikan adalah gangguan internal. Gangguan ini berasal dari faktor-faktor psikologis. Misalnya rasa takut, kecewa, cemas, grogi atau gejolak emosi lainnya.  Sebagai contoh, misalnya : anak yang baru saja pindah ke kelompok Sekolah, biasanya dia akan menemui kesulitan di dalam menerima pesan yang disampaikan.  Penyebabnya, karena dia merasa cemas sebagai anak baru. Dia merasa berada di dalam lingkungan yang masih asing. Dia tidak merasa aman, karena belum memiliki kenalam. Akibatnya, dia tidak bisa berkonsentrasi di dalam menyimak cerita Guru Sekolahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar