Komunikasi merupakan faktor
yang sangat penting dalam interaksi antar manusia. Mengapa? Karena komunikasi
menyebabkan adanya saling pengertian antar orang yang berkomunikasi. Di dalam
komunikasi yang mampu menumbuhkan saling pengertian akan menjadikan relasi itu
amat produktif dan efektif.
1.
Apakah Komunikasi itu?
Masalah-masalah
yang sering timbul di dalam relasi antar manusia sebenarnya berakar pada
kesalahmengertian dan adanya miskomunikasi. Suatu kehidupan bersama menjadi
sangat efisien karena adanya pengertian dan komunikasi yang efektif diantara
para anggotanya. Suatu relasi tidak akan produktif jika tidak ada komunikasi
yang efektif.
Pada
dasarnya komunikasi adalah suatu proses dua arah yang menghasilkan perolehan
informasi dan pengertian. Proses
dua arah ini merupakan dasar hakiki dari suatu komunikasi. Komunikasi yang
efektif tidak mungkin terjadi tanpa adanya umpan balik. Oleh karena itu , di
dalam suatu komunikasi, hal yang sangat penting adalah kemampuan mendengarkan,
yaitu mendengarkan dengan penuh simpati.
Komunikasi
yang efektif, setidak-tidaknya meliputi tiga hal yaitu:
§ Pengirim pesan atau pembicara,
§ Penerima pesan atau pendengar, dan
§ Pesan yang dimengerti atau diterima dengan
tepat. Pesan tidak dapat diterima baik oleh si penerima, berarti belum terjadi
adanya komunikasi yang efektif.
Proses komunikasi
itu pada dasarnya berlangsung dari si pengirim menyampaikan pesan kepada si
pendengar atau penerima dan kemudian si penerima/pendengar menyampaikan umpan
baliknya kepada si pengirim pesan.
2.
Mendengarkan?
Mendengarkan adalah kunci penting dalam berkomunikasi. Namun persoalannya kesalahpahaman dalam
berkomunikasi, selain terletak pada si pengirim pesan, juga terletak pada
bagaimana si penerima mendengarkan sesuatu yang dikomunikasikan. Ternyata tidak
gampang untuk mendengarkan, tak semudah mendengar saja secara otomatis.
Mendengarkan dengan penuh simpati, ditandai beberapa hal yaitu:
§ Peka akan perasaan yang menyertai pesan
yang disampaikan,
§ Mendengarkan dengan penuh perhatian,
§ Tidak menyela pembicaraan atau memberikan
komentar ditengah-tengah ketika orang masih menyampaikan sesuatu,
§ Menaruh perhatian pada “dunia” si
pembicara, dan
§ Berprinsip pada saat mendengarkan diri
sendiri tidak penting, yang penting saat itu adalah si pembicara.
Seorang pendengar yang baik akan mendengarkan dengan penuh perhatian.
Pendengar yang baik akan mendengarkan orang lain dengan penuh hormat dan
penghargaan. Ia mampu menangkap apa yang tidak terungkap dalam kata-kata, yang
sebenarnya ingin disampaikan oleh si pembicara. Ia juga mampu mengamati dan
mencermati bagaimana si pembicara mengungkapkan perasaan yang ditandai dengan
berubah-ubahnya nada dan volume suara. Pendengar yang baik adalah pendengar
yang aktif dan kreatif.
Tahap-tahap
sebagai pendengar yang aktif antara lain sebagai berikut:
§ Mendengarkan saja tanpa memberikan
komentar atau menyela pembicaraan,
§ Mencoba untuk memberikan umpan balik
secara tepat,
§ Mencoba untuk memperjelas, menghargai dan
menghormati, menegaskan, memberikan tambahan informasi, dan
§ Menanyakan rencana langkah berikutnya.
3.
Tiga Prinsip Berkomunikasi secara
Efektif
§ Prinsip Tindakan
Prinsip ini terbentuk saat kita berhadapan dengan orang lain. Apa yang kita
lihat pada diri orang lain sebenarnya merupakan rangkaian sikap dan tingkah
laku. Oleh karena itu, setiap perjumpaan dengan seseorang, kita cenderung
menafsirkan sikap dan perilaku orang lain daripada menerima keseluruhan
dirinya. Kita hendaknya menyadari bahwa tidak setiap sikap dan perilaku orang
lain selalu ada hubungannya dengan diri kita, seringkali malah merupakan
pemenuhan kebutuhan orang itu sendiri. Misalnaya saja: ketika salah seorang
anggota komunitas membuat sedikit keributan, ia belum tentu sungguh ingin
mengganggu saat doa atau makan bersama kita, tetapi karena ingin diperhatikan
atau melepaskan stress kecil karena pekerjaannya. Oleh karena itu, untuk dapat
berkomunikasi secara efektif, kita hendaknya mampu memahami motivasi di balik
sikap dan perilaku yang muncul.
§ Prinsip Inkonsistensi
Pada dasarnya tingkahlaku seseorang dapat digolongkan menjadi tingkahlaku
yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima. Suatu sikap atau tingkah
laku dapat diterima atau tidak, tergantung sedikitnya dari tiga hal yaitu:
a.
Diriku Sendiri:
Situasi hati dan diri dapat mempengaruhi apakah suatu sikap dan tingkah laku
dapat diterima atau tidak. Sebagai misal, kalau aku berdamai dengan diriku
sendiri, aku tidak akan mudah terganggu oleh sikap dan tingkahlaku orang lain,
walaupun senegatif apapun. Pada dasarnya oran gyang memiliki kepribadian ayng
kuat tidak akan gampang terpengaruh oleh apa yang dilakukan orang lain.
b.
Orang Lain:
Kepribadian dan situasi hati orang lain menentukan apakah suatu tingkah laku
atau sikap dapat diterima atau tidak. Misalnya: aku lebih mudah menerima apa
saja yang dilakukan teman yang memang kesehariannya bersikap ramah, tenang dan
baik kepada kita. Kepribadian yang mudah diterima dapat membuat orang lain
mudah menerima tingkahlaku yang dimiliki. Jika seorang teman sulit kita terima
beberapa unsur kepribadiannya, kita juga sulit untuk menerima tingkah laku dan
sikapnya.
c. Lingkungan
Sekitar: Situasi
lingkungan sekitar juga mempengaruhi apakah suatu tingkahlaku atau sikap dapat
diterima atau tidak. Misalnya saja, seorang teman sedang belajar bermain orgen
atau gitar, dan kita sendiri sedang duduk-duduk santai membaca koran. Walaupun
permainnnya tidak enak didengarkan namun karena kita sedang bersantai, kita
tidak merasa terganggu. Berbeda halnya kalau teman berlatih orgen atau gitar
pada saat kita tidur siang dan sangat lelah. Pastilah perbuatan teman itu sulit
untuk dapat kita terima karena mengganggu istirahat kita, yang memang sangat
kita butuhkan.
§ Prinsip Pribadi Bermasalah
Ketika kita berhadapan dengan orang lain, kita sebenarnya sedang berhadapan
dengan sekumpulan tingkahlaku atau sikap. Sikap dan tingkah laku ini sebenarnya
tidak selalu berkaitan dengan diri kita. Banyak sikap dan perilaku yang sebenarnya merupakan usaha pemenuhan
kebutuhan dari orangnya sendiri. Tingkahlaku itu dapat diterima atau tidak
dapat diterima oleh orang yang menyaksikannya. Maka sebenarnya pada dirinya
sendiri setiap tingkahlaku dan sikap dapat menimbulkan masalah. Bagi orang
tertentu suatu perbuatan tidak merupakan suatu masalah, tetapi dapat saja menjadi
masalah bagi yang lain.
Suatu tingkahlaku atau sikap dapat menjadi masalah bagi kita, ketika kita
terpengaruh oleh perilaku tersebut. Misalnya saja, kalau ada anggota komunitas
yang berkata kepada sesamanya: “Saya tidak menyukai cara kepemimpinanmu, saya
tidak memperoleh kebahagiaan apapun hidup di komunitas ini!” Apakah kita
terpengaruh oleh kata-kata ini? Tentu saja terpengaruh atau tidak tergantung
dari bagaimana kita menanggapinya. Bagi seorang pemimpin yang tidak memiliki
kepercayaan diri yang kuat, hal itu dapat menjadikan suatu masalah. Tetapi bagi
pemimpin yang matang dan penuh percaya diri, maka sebenarnya yang memiliki
masalah adalah anggota komunitas itu sendiri. Anggota komunitas itulah yang
harus berjuang mengatasi masalahnya. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita
untuk mampu memilah-milah perilaku dan sikap yang dapat menjadi masalah bagi
diri sendiri maupun bagi orang lain.
Paling tidak ada dua syarat mendasar agar kita terampil sebagai seorang
komunikator yang efektif, yaitu: keterampilan memberikan bimbingan dan keterampilan
menghadapi permasalahan.
Dalam kemampuan memberikan bimbingan, paling tidak ada tiga kemampuan yang
dimiliki yaitu kemampuan menghadirkan diri, kemampuan menyimak pembicaraan dan
kemampuan mendengarkan secara aktif refleksif. Kemampuan menghadirkan diri
adalah kemampuan yang berhubungan dengan ekspresi tubuh untuk menunjukkan
perhatian dan besarnya minat kepada orang yang sedang berbicara kepada kita.
Kemampuan menghadirkan diri secara tepat akan menimbulkan rasa aman, nyaman,
dan damai bagi orang yang sedang berbicara kepada kita. Kemampuan menyimak pembicaraan
ini penting karena akan menolong kita untuk menguak dan memahami apa yang
dibicarakan orang lain kepada kita. Keterampilan ini juga nampak pada kemampuan
kita untuk memberikan motivasi berbicara, melanjutkan pembicaraan dan
memperjelas persoalan tanpa pertanyaan-pertanyaan yang memojokkan. Sedangkan
kemampuan mendengarkan secara aktif refleksif intinya adalah kemampuan untuk
mengungkapkan pernyataan untuk memperoleh inti pesan yang dibicarakan orang
lain kepada kita.
Kemampuan yang kedua adalah kemampuan menghadapi permasalahan. Kemampuan
memberikan tanggapan terhadap pesan yang ada, sangat penting dalam
berkomunikasi. Ada tiga hal penting dalam kemampuan menghadapi permasalahan :
i.
Mengatakan
kepada oran glain bahwa perbuatannya berakibat sesuatu pada diri kita,
ii.
Mengungkapkan
perasaan yagn diakibatkan oleh suatu perbuatan atau sikap orang lain, dan
iii.
Menyebutkan
konsekuensi dari perbuatan atau perkataan orang lain.
4. Beberapa hal penting dalam komunikasi kita
§ Secara umum:
Komunikasi merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan bersama
kita. Komunikasi adalah jantung satu organisasi, komunikasi adalah jantung dan
penggerak kehidupan bersama. Kita membutuhkan orang-orang yang mampu
berkomunikasi secara tepat dan tentu saja juga memiliki keahlian di dalamnya.
Dalam kongregasi kita, komunikasi menyangkut banyak hal dan lebih luas daripada
sekedar berbicara dan berdiskusi, oleh karena itu perlu dijadikan suatu polese
sehingga komunikasi sungguh menjadi jantung dan urat nadi kehidupan kongregasi.
Kita perlu membangun suatu sistem komunikasi yang baik sehingga terjadi proses
transformasi diri semakin menjadi bruder FIC yang sejati. Dan sebagai suatu
organisasi perlu dibangun komunikasi dari akar rumput ke mereka yang memimpin.
Oleh karena itu kemampuan mendengarkan dari mereka yang sedang memimpin kepada
aspirasi dan kebutuhan akar rumput sangat diperlukan. Namun juga akar rumput
sendiri memiliki kesediaan untuk berkomunikasi dengan santun.
§ Komunikasi dan kehidupan bersama:
Dalam
pengambilan keputusan-keputusan sehubungan dengan komunikasi maka perlu
diperhatikan masalah pembangunan kehidupan berkomunitas, kepemimpinan,
kerjasama tim, jaringan kerja serta pembinaan berkelanjutan. Sangat penting
dalam kehidupan bersama di komunitas kita meningkatkan kemampuan dan kedalaman
komunikasi kita sehingga kita dapat lebih saling mengerti, memahami walaupun
memiliki perbedaan-perbedaan. Kita mencoba membawa keterpaduan di tengah
perbedaan, membawa kehidupan bersama sebagai saudara. Di dalam komunitas yang
sejati kita memerlukan bangunan komunikasi dari hati ke hati, yang dapat
diciptakan lewat sharing-sharing, dalam doa-doa bersama dan juga dalam
rekreasi-rekreasi yang menyertakan perasaan-perasaan kita.
Kia juga
perlu saling mempromosikan komunikasi antar pribadi. Jika komunikasi antar
pribadi baik, maka komunitas juga akan terbangun jaringan komunikasi pribadui
yang baik, dan dengan demikian akan menghasilkan persaudaraan yang
mengahasilkan buah melimpah, seperti kehidupan yang nyaman dan membahagiakan,
hasil karya kerasulan menanjak, dan membahagiakan banyak pihak.
Kita
bagaimanapun juga masih harus berjuang untuk menumbuhkan komunikasi kita
terlebih komunikasi yagn mengekpresikan perhatian penuh persaudaraan kita,
berbagi rasa mengenai tanggungjawab dan perjuangan kita, serta memberikan
motivasi dan dukungan pada sesama bruder dalam menjalani hidup panggilan dan
karyanya.
§ Komunikasi dan Kepemimpinan:
Kepemimpinan
sekarang ini mestinya dihayati tidak sebagai suatu kewenangan semata yang penuh
dengan ancaman dan komando, tetapi diwarnai oleh kelancaran komunikasi dan
kemampuan untuk mendengarkan semua pihak. Oleh karena itu seseorang yang
diserahi menjadi pemimpin membutuhkan keterampilan untuk menjadi pendengar yang
baik, mendengarkan secara kreatif tidak hanya apa yang didengar lewat telinga,
tetapi lewat hati, lewat usaha klarifikasi demi penyembuhan dan pemerdekaan
bagi yang terluka dan bermasalah. Pemimpin tidak hanya mengedepankan tugas
strukturalnya tetapi juga pandai berdialog dengan anggota sehingga dapat menyerap
apa yang sebenarnya menjadi kebutuhan anggota.
Dalam hal
manajemen struktural, hendaknya lebih diusahakan adanya komunikasi dan arus
informasi yang cukup lengkap dan tepat antar lembaga atau tingkat kepemimpinan.
Sebab kalau tidak akan menimbulkan friksi dan mis komunikasi dan akhirnya
menghambat proses hidup dan karya serta akhirnya tumbuh kecurigaan atau
“perang” kewenangan dengan aji mumpung.
Selain itu dalam proses komunikasi ada dua
macam gangguan, yaitu : gangguan eksternal dan gangguan internal. Gangguan
eksternal adalah berbagai gangguan yang berasal dari luar komunikator dan
komunikan. Gangguan ini dapat berupa suara gaduh, suhu udara yang panas,
ada hal lain yang lebih menarik perhatian audiens, bau yang tidak sedap, udara
yang terlalu dingin dan lain-lain. Gangguan dari luar biasanya tidak
banyak mengganggu media atau saluran komunikasi, sepanjang tingkat gangguan itu
masih bisa ditoleransi. Akan tetapi gangguan yang lebih sulit untuk
dikendalikan adalah gangguan internal. Gangguan ini berasal dari faktor-faktor
psikologis. Misalnya rasa takut, kecewa, cemas, grogi atau gejolak emosi
lainnya. Sebagai contoh, misalnya : anak yang baru saja pindah ke
kelompok Sekolah, biasanya dia akan menemui kesulitan di dalam menerima pesan
yang disampaikan. Penyebabnya, karena dia merasa cemas sebagai anak baru.
Dia merasa berada di dalam lingkungan yang masih asing. Dia tidak merasa aman,
karena belum memiliki kenalam. Akibatnya, dia tidak bisa berkonsentrasi di
dalam menyimak cerita Guru Sekolahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar