Selasa, 20 Maret 2012

Pendekatan / Perpektif Sosiologi Industri


PENDEKATAN / PERSPEKTIF SOSIOLOGI INDUSTRI


1.    Pendekatan Makro
Pendekatan ini  berkaitan dengan dengan struktur lembaga-lembaga kemasyarakatan, pola yang sudah mapan dari tingkah lakunya dan hubungan-hubungan serta kepentingannya yang sudah stabil.
Antara lain membahas tentang
-          Sistem produksi yang dipilih, pola-pola hak pemilikan, kekayaan, pendapatan anggota msyarakat (industri)
-          Distribusi kekuasaan dan kedudukan dalam rangka mengejar tujuan serta gaya hidup
-          Karakter hirarki sosialnya, dan kaitannya dengan hirarki  dalam organisasi industri  dengan berbagai konsekuensinya.
-          Pengaruh teknologi terhadap masyarakat, bentuk hubungan yang terjadi dalam organisasi industri 
-          Konflik antar kelompok-kelompok dalam organiasi industri

Beberapa hal tersebut muncul dalam anilisis sosiologi makro  tentang  masalah-masalah yang terkait dengan konflik kelompok-kelompok masyarakat, keputusan dan berbagai ciri yang mewakili kelompok dalam masyarakat.

Tujuan Pendekatan makro à tidak hanya untuk menguraikan dan mendeskripsikan kehidupan lembaga-lembaga tertetnu dalam masyarakat, tapi juga menneliti sejarah dan kebudayaannya yang saling trkait satu sama lain.

Pada Sosiologi Industri, pendekatan makro à ditujukan untuk mempelajari suatu sistem sosial yang terdapat dalam masyarakat industri, dengan menekankan pada  analisis ekonomi dan lembaga-lembaga kemasyarakatannya


2.    Pendekatan Mikro
-          Oleh karena manusia memiliki kesadaran, hak untuk memilih dan juga kemampuan membangun kesadaran sosial dan tinggal di duani maka ada saling pengaru antar manusia, maka Sosiologi Mikro berusaha menerangkan  hal-hal tersebut. Seperti berbagai pola yang membentuk kehidupan ini, karakter berbagai interaksi antar individu, permainan di dalam organisasi, keterlibatan  dan sebagainya.
-          Sebagai bagian dari sosiologi, maka sosiologi makro membahas tentang berbagai kenyataan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain meliputi kedudukan dalam hubungan antar individu maupun kelompok, karakteristik dalam hubungannya dengan masyarakat, dan hal-hal yang membentuk pribadi dalam kaitannya dengan kedudukannya sebagai anggota masyarakat yang tidak pernah dapat menghindarkan dari interaksi dan lingkungannya.
-          Sosiologi mikro yang membahas tentang berbagai kenyataan dalam kehidupan sehari-hari sebenarnya merupakan kritik terhadap sosiologi makro. Koreksi itu misalanya: “makna Kerja bukanlah Makna Kehidupan”, Pengalaman Kerja atau Perkerjaan bukanlah satu-satunya faktor yang membentuk identitas individu. Tetapi adat-istiadat dan gaya hidup merupakan dua faktor utama yang membetuk identitas diri. Karena itu sosiologi mikro membahas tentang berbagai macam interaksi yang membentuk pribadi individu dan pengalaman subyektif dalam dunia kerja.

Teori Struktural Fungsionalis à Sebagai Salah satu contoh Sosiologi Makro

Ciri-ciri Model Struktural Fungsionalis (Analisis Sosiologi Makro)
  1. Masyarakat memiliki suatu kebutuhan yang paling mendasar yaitu keinginan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya
  2. Keinginan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya tersebut diwujudkan dalam bentuk berbagai usaha untuk mencapai tujuannya dan hal tersbeut akan meningkatkan kompleksitas struktur masyarakat dimaksud
  3. Struktur masyarkat dibedakan sesuai dengan fungsinya yang dibentuk oleh berbagai elemen yang berbeda-beda untuk mencapai tujuannya yaitu mempertahankan kelangsungan hidupnya
  4. Analisis yang paling berdaya guna untuk memberikan definisi terhadap segala kebutuhan masyarakat yang utama dan elemen-elemen strukturnya  adalah analisis sistem sosial
  5. Total sistem sosial adalah suatu masyarakat, dan baik organisasi maupun individu memiliki hubungan dengan struktur dari sistem tersebut, dalam bentuk partisipasinya untuk mencapai tujuan di atas.

Pendekatan ini memberikan batasan terhadap lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam kerangka tujuan sistem sosialnya. Tokoh-tokohnya: Robert K Merton, Smelser, Gouldner dsb.

Kritik
  1. Konsep  “Sistem” sering mengubah realitas dari karakter sosial yang ada
  2. Terlalu mudahnya membuat suatu asumsi untuk mentransfer nilai-nilai yang ada dalam biologi ke dalam sistem sosial, dengan berdasarkan pendapat bahwa sistem sosial memiliki suatu “need” (keinginan/tujuan) seperti halnya dalam ilmu pengetahuan alam. Mestinya sebelum menyusun asumsi, bertanya dulu apa yang disebut dengan “social need” dan bagaimana hubungannya dengan kepentingan, tujuan dsb?
  3. Adanya pengakuan bahwa semua sistem mempunyai tujuan akhir berupa status paling tinggi untuk semua individu maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan.
  4. Adanya konsep bahwa suatu “fungsi”  selalu bersifat pasti. Pertanyaannya: Apakah fungsi itu merupakan sebab?
  5. Fungsinalisme sulit menghubungkan   kecenderungan setiap individu di dalam kenyataan sehari-hari
  6. Fungsionalisme mengandung motivasi ideologi. Fungsionalisme sangat cocok untuk sistem kapitalis, dengan mendesakkan suatu konsesnsus sosial, politik serta berbagai aturan sosialnya, dengan mengabaikan interest, power (kekuasaan) dan konflik sebagai komponn adari perubahan sertga bersikap acuh terhadap watak historis kelas-kelas dalam masyarakat.

Beberapa pendapat tentang masalah interaksionisme dan social action disimpulkan sebagai berikut:

  1. Manusia ataupun masyarakat tidak bersikap pasif terhadap faktor-faktor eksternal, mereka memberikan respon untuk menyusun suatu stimulus serta secara konstan membuat, membentuk dan menginterpretasikan berbagai realitas di dalam kehidupannya.
  2. Proses interpretasi dan pembentukan tersebut membedakan “tingkah laku” dari “tindakan” dan memungkinkannya untuk membuat simbol-simbol yang universal.
  3. Simbol-simbol tersebut, baik verbal maupun non-verbal memungkinkannya untuk menciptakan suatu realitas sosial  dan mengikat individu-individu untuk selanjutnya membangun dan mengembangkan suatu sistem sosial.
  4. Individu-individu tersebut saling berinteraksi; mereka mengambil bagian dalam segala kegiatan, sehingga timbul suatu situasi dan kondisi yang memungkinkan terjadinya interaksi anta mereka
  5. Interaksi sosial dapat dipandang sebagai proses dinamis sehingga menjadi suatu pola yang memberikan batasan terhadap setiap pribadi individu.

Kritik
  1. Semua deskripsi dan analisisnya terlalu bersifat selektif dan abstraktif
  2. Uraian tentang social action cenderung mengarahkan pokok permasalahan ke dalam suatu situasi dimana terjadi anarkisme
  3. Tekanan terhadap realitas konstruksi sosial berada di bawah pengaruh teori Biologi, terutama tentang genetika. Teori genetika tersebut memberi pengaruh terhadap teori pembentukan pribadi dan interaksinya.
  4. Analisis dan deskripsinya baik secara logis maupun empiris terlalu mengambang. Untuk itu maka uraiannya harus betul-betul “obyektif”, terutama dengan memperhatikan semua aspek yang ada dalam masyarakat. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar